Pariwisata domestik bermasalah karena wisatawan berbondong-bondong ke negara-negara yang hemat biaya

Pada tanggal 15 Agustus, Hari Kemerdekaan Korea, wisatawan memadati Bandara Internasional Gimpo. [NEWS1]

Pariwisata domestik menurun karena tingginya biaya makanan dan akomodasi yang mendorong banyak wisatawan Korea Selatan ke wilayah tetangga seperti Jepang dan negara-negara Asia Tenggara.

Menurut data dari Organisasi Pariwisata Korea, total pengeluaran pariwisata domestik di Korea Selatan pada bulan Juli adalah 3,27 triliun won ($2,45 miliar), turun 31,81 miliar won dari periode yang sama tahun lalu. Jumlah tersebut merupakan bulan terendah ketiga setelah tahun pandemi 2020 dan 2021.

Menurut data Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, Transportasi dan Pariwisata, pariwisata outbound tumbuh sebesar 20,3% menjadi 7,68 juta, sedangkan pariwisata domestik turun 0,9% menjadi 2,57 juta.

“Musim panas ini benar-benar gagal,” kata seorang pemilik akomodasi bermarga Lee di Kabupaten Pyeongchang, Provinsi Gangwon. “Biasanya, kami melihat lonjakan pemesanan selama sekitar enam minggu antara tanggal 15 Juli dan 24 Agustus. Namun tahun ini, setelah lonjakan singkat, pemesanan anjlok, mengurangi pendapatan kami menjadi hanya $500 juta won, yang berarti hanya sepertiga dari total pemesanan total pendapatan.

“Bukan hanya saya,” tambah Lee. “Banyak pemilik usaha kecil di wilayah ini mengalami penurunan yang sama. Saya melihat banyak wisatawan memilih destinasi Asia Tenggara dibandingkan perjalanan domestik.”

Meningkatnya inflasi semakin memperburuk tantangan yang dihadapi industri perjalanan karena konsumen memperketat dompet mereka.

Tak satu pun dari 17 kota dan provinsi besar di Korea Selatan melaporkan peningkatan belanja pariwisata. Faktanya, enam daerah mengalami peningkatan jumlah pengunjung namun terjadi penurunan belanja. Misalnya, jumlah wisatawan di Kota Sejong meningkat sebesar 4%, namun pengeluaran turun secara signifikan sebesar 8,8%. Demikian pula, jumlah wisatawan di Daejeon meningkat sebesar 2,9%, namun pengeluaran pariwisata turun sebesar 8%.

“Inflasi memiliki dampak terbesar terhadap masyarakat berpendapatan rendah dan menengah, menyebabkan mereka mengurangi pengeluaran mereka. Karena perjalanan umumnya dianggap sebagai pengeluaran yang bersifat diskresi, banyak orang memilih untuk tidak melakukan perjalanan sama sekali atau meminimalkan pengeluaran perjalanan,” kata Lee Eun-hee. Profesor sains.

Cuaca panas juga membuat banyak orang enggan berlibur. Korea Selatan mengalami malam tropis terpanjang pada bulan lalu, yaitu 8,8 hari, tiga kali lipat rata-rata. “Karena cuaca sangat panas, saya memutuskan untuk menunda liburan saya yang semula dijadwalkan pada akhir Juli dan awal Agustus,” kata seorang wisatawan.

Pariwisata domestik terhenti selama musim liburan musim panas, meningkatkan kekhawatiran mengenai kemerosotan berkepanjangan di pasar domestik. Indeks penjualan ritel Korea Selatan turun 2,9% tahun-ke-tahun pada kuartal kedua tahun ini, penurunan terbesar sejak tahun 2009.

Sejak triwulan II tahun 2022, data perdagangan ritel menunjukkan tren penurunan selama sembilan triwulan berturut-turut.

Sebagai tanggapan, pemerintah dan Partai Kekuatan Rakyat yang konservatif baru-baru ini mengumumkan bahwa mereka mempertimbangkan untuk menjadikan Hari Angkatan Bersenjata sebagai hari libur nasional untuk memberikan lebih banyak kesempatan kepada masyarakat untuk bepergian.

Penulis: Yi Yulin [yoon.seungjin@joongang.co.kr]