Diprediksi Curi Wiski serta Perhiasan Senilai Rp106 Juta
Diprediksi Curi Wiski serta Perhiasan Senilai Rp106 Juta
Jepang baru- baru ini jadi latar cerita kriminal yang layak buat naskah film thriller. Sebabnya, sekelompok laki- laki tua, yang saat ini dijuluki Grandpa Gang alias geng kakek- kakek, sudah menarik atensi luas sebab keterlibatan mereka dalam serangkaian dugaan perampokan.
Trio kakek- kakek berumur antara 69 serta 88 tahun, di antara lain Hideo Umino( 88), Hidemi Matsuda( 70), serta Kenichi Watanabe( 69).
Usut memiliki usut, mereka awal kali berjumpa dikala menempuh hukuman di penjara serta saat ini dituduh merancang serangkaian pencurian sehabis dibebaskan. Detektif sudah berikan mereka nama sandi” G3S,” sebutan Jepang buat grandpas ataupun kakek- kakek.
Bagi South Cina Morning Post, semacam dilansir Pekan( 28// 2024), geng tersebut diprediksi melaksanakan sebagian pencurian di Sapporo, bunda kota Hokkaido.
Dalam upaya pencurian awal mereka pada bulan Mei, ketiga kakek tersebut dilaporkan membobol suatu rumah kosong, mencuri 200 yen( dekat Rp21 ribu) serta 3 botol wiski senilai 10. 000 yen( dekat Rp1 juta). Bulan selanjutnya, mereka diprediksi merampok rumah kosong yang lain di distrik yang sama, mengambil 24 perhiasan senilai dekat satu juta yen( dekat Rp106 juta).
Kejahatan tersebut terungkap kala owner properti kedua merasa curiga serta berikan ketahui pihak berwenang. Polisi melacak terdakwa lewat rekaman kamera pengawas serta penjualan kembali sebagian benda curian.
Penyidik sudah merinci kedudukan terdakwa yang telah lanjut umur: Umino, yang tertua, diyakini sudah mengetuai pencurian, Matsuda bertugas selaku pengemudi pelarian, serta Watanabe mengelola beberapa barang curian.
Respon Geli sampai Terpesona Netizen
Laporan menampilkan kalau para laki- laki tersebut memerlukan dorongan raga dari petugas polisi sepanjang penangkapan mereka. Sehabis ditahan, ketiganya mengklaim kalau mereka melaksanakan kejahatan tersebut buat” mencari nafkah.”
Pihak berwenang pula lagi menyelidiki apakah geng tersebut ikut serta dalam 10 perampokan bonus di Sapporo serta Ebetsu di dekatnya.
Penangkapan 3 orang lanjut umur tersebut sudah merangsang perdebatan yang ramai di media sosial. Respon bermacam- macam, mulai dari geli sampai terpesona.
Seseorang pengguna berpendapat,” Mereka menugaskan yang termuda buat melaksanakan pekerjaan termudah,” sedangkan yang lain mengatakan,” Nama sandi G3S bisa jadi tidak pas, namun kedengarannya sangat keren.”
Ada pula polisi Jepang sudah mencatat kenaikan signifikan dalam kejahatan yang dicoba oleh orang lanjut umur dalam sebagian tahun terakhir, dengan proporsi kejahatan yang mengaitkan orang berumur di atas 65 tahun bertambah dari 2, 1% pada tahun 1989 jadi 22% pada tahun 2019.
Geng Yakuza Vs Geng Tokuryu dari Generasi Muda Jepang, Mana yang Lebih Mengecam?
Lebih dahulu, seseorang anggota senior dari geng Yakuza Jepang yang populer ditangkap atas dugaan mencuri kartu Pokemon di wilayah dekat Tokyo pada April 2024.
Permasalahan ini dipercaya selaku contoh geng kriminal Jepang yang lagi berjuang dengan penyusutan jumlah anggota serta bergeser ke aksi kriminal kecil- kecilan. Demikian semacam dilansir dari The Independent, Pekan( 9/ 6/ 2024).
Agen polisi yang sebagian tahun kemudian padat jadwal menanggulangi ribuan anggota Yakuza sudah memandang suatu yang baru, ialah terdapatnya geng- geng yang tidak terorganisir serta tidak sangat terikat, yang diyakini kalau geng tersebut terletak di balik serangkaian kejahatan yang tadinya didominasi oleh Yakuza.
Polisi menyebut mereka Tokuryu, gangster anonim beranggotakan generasi muda mahir teknologi yang dipekerjakan buat tugas- tugas tertentu.
Mereka kerap bekerja sama dengan Yakuza, sehingga membuat batas antara mereka jadi tidak jelas serta menyulitkan penyelidikan polisi, kata para pakar serta pihak otoritas.
Polisi metropolitan Tokyo dikala ini lagi menyelidiki 6 terdakwa berumur 20- 30an, sebagian besar dari mereka tidak silih memahami, yang diyakini sudah dipekerjakan di media sosial buat menewaskan, mengangkat, serta membakar mayat pendamping lanjut usia di tepi sungai Nasu, 200 km timur laut Tokyo.
” Itu ialah kejahatan yang dicoba semacam pekerjaan paruh waktu,” kata Taihei Ogawa, mantan penyidik polisi serta analis kejahatan, dalam suatu kegiatan bincang- bincang daring.
” Tugas dibagi- bagi, membuat polisi susah melacak dari mana instruksi berasal.”
Jumlah anggota Yakuza sudah menurun jadi 20. 400 tahun kemudian, sepertiga dari jumlahnya 2 dekade kemudian, bagi Tubuh Kepolisian Nasional.
Tubuh Kepolisian Nasional menghubungkan penyusutan jumlah tersebut pada undang- undang yang diberlakukan buat memerangi kejahatan terorganisir, yang mencakup aksi semacam melarang anggota kelompok terdaftar buat membuka rekening bank, menyewa apartemen, membeli ponsel, ataupun asuransi.
68. 000 Lanjut usia di Jepang Bakal Wafat Sendirian di Rumah Tahun 2024
Di sisi lain, mulai dari Januari sampai Maret 2024, sebanyak 21. 716 orang di Jepang tercatat wafat sendirian di rumah.
Nyaris 80% di antara lain berumur 65 tahun ataupun lebih, kata National Police Agency( NPA) ataupun Tubuh Kepolisian Nasional pada Senin( 15/ 5) dikala merilis penghitungan formal menimpa kematian soliter buat awal kalinya, mengutip dari Japan Times, Senin( 21/ 5/ 2024).
Bersumber pada informasi mencakup mereka yang wafat sebab bunuh diri, jumlah lanjut usia yang wafat sendirian di rumah diperkirakan menggapai 68. 000 tiap tahun, kata pejabat NPA Kazuhito Shinka sepanjang tahap komite Majelis Rendah pada hari yang sama.
Ada pula Shinka menanggapi persoalan dari Akira Nagatsuma, mantan menteri kesejahteraan dari Partai Demokrat Konstitusional Jepang.
Bersamaan Jepang bergulat dengan penuaan populasi yang kilat, kebijakan pemerintah terus menjadi berfokus buat menunjang mereka yang hidup serta menua sendirian.
Bagi statistik pemerintah, persentase rumah tangga satu orang menggapai 36% pada tahun 2020, dengan persentase yang diperkirakan senantiasa besar di masa yang hendak tiba.
Persentase mereka yang berumur 65 tahun ke atas merupakan 28, 6% pada tahun 2020, serta pula diperkirakan hendak bertambah lebih lanjut.
Tidak hanya itu, bagi National Institute of Population and Social Security Research, jumlah orang di atas 65 tahun yang tinggal sendirian diperkirakan hendak melonjak dari 7, 38 juta pada tahun 2020 jadi 8, 87 juta pada tahun 2030, kemudian 10, 84 juta pada tahun 2050.
Jumlah orang yang wafat sendirian tanpa dikenal oleh siapa juga serta sebab alibi mengabaikan diri sendiri pula dikhawatirkan hendak bertambah, walaupun permasalahan ini telah lama terdapat di Jepang.